Ahlak dan Moral Dipertaruhkan Saat Musim Politik Kampanye


Musim politik kembali memanas seiring dengan dimulainya kampanye pemilu yang semakin dekat.

.

OPINI- Musim politik kembali memanas seiring dengan dimulainya kampanye pemilu yang semakin dekat. Di tengah persaingan ketat ini, tidak hanya janji politik yang menjadi sorotan, tetapi juga perilaku dan etika para aktor politik. Dalam konteks ini, sering kali nilai-nilai ahlak dan moral diuji, baik oleh para kandidat maupun pendukungnya.

 

Kampanye seharusnya menjadi ajang pertarungan gagasan dan visi demi kesejahteraan rakyat, namun dalam beberapa kesempatan, justru dipenuhi dengan retorika yang berpotensi memecah belah, penyebaran informasi yang tidak akurat, dan adu domba antar golongan. Sejumlah politisi bahkan menggunakan cara-cara yang diragukan etikanya, seperti black campaign, politik uang, hingga hoaks, demi meraih simpati publik. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai integritas moral dan ahlak yang harusnya menjadi landasan utama para pemimpin bangsa.

 

Lebih dari sekadar memenangkan suara, proses kampanye juga merupakan cerminan dari kualitas karakter seorang pemimpin. Jika sejak awal calon pemimpin menggunakan cara-cara yang tidak etis untuk mendapatkan kekuasaan, lalu bagaimana dengan kebijakan dan kepemimpinannya di masa depan?

 

Dalam pandangan para ahli, kampanye yang bermoral seharusnya mengedepankan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan menghormati perbedaan. Menurut Prof. Dr. Haris Maulana, seorang pengamat politik dan etika pemerintahan, "Moralitas dalam politik bukanlah hal yang bisa diabaikan. Pemimpin yang berpegang teguh pada etika akan lebih dipercaya oleh rakyat karena ia menunjukkan komitmen untuk menjalankan tugas secara bertanggung jawab dan transparan. Namun, realitas politik sering kali menunjukkan bahwa persaingan untuk memperebutkan kekuasaan justru mengesampingkan moralitas dan ahlak. Kepentingan pribadi atau golongan cenderung lebih diutamakan dibandingkan dengan kepentingan bangsa.

 

Kondisi ini mengharuskan kita sebagai masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih pemimpin. Jangan hanya tergiur dengan janji manis yang dilontarkan selama kampanye, tetapi juga perhatikan bagaimana mereka bersikap dan bertindak. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menunjukkan integritas tidak hanya di depan panggung, tetapi juga di belakang layar.

 

Sebagai penutup, moral dan ahlak dalam politik bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Para politisi, terutama yang bercita-cita untuk memimpin bangsa, harus senantiasa menempatkan nilai-nilai tersebut di atas segala kepentingan pribadi dan golongan. Sebab, hanya dengan kepemimpinan yang berlandaskan etika dan moralitas yang kuat, kita dapat berharap pada masa depan bangsa yang lebih baik dan bermartabat.

 

 

 

 

Mesuji, 20 September 2024

 

Udin Komarudin

Jurnalis Nasional Indonesia

 

82 Views

Komentar