Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman
Senjata paling ampuh dan dahsyat yang menimbulkan kepanikan besar di pihak penguasa penjajah dan mematikan langkah mereka ialah lahirnya KESADARAN PERSATUAN dipihak rakyat tertindas. Karena itu, pihak penguasa kolonial selalu berusaha menciptakan kesadaran palsu dipihak rakyat tertindas dan menghancurkan dan memecah-belah persatuan rakyat.
Baca juga: Sebanyak 400 Personil Gabungan Akan Amankan Kunjungan Wamendagri Ke Nabire
Saya, DR. A.G. Socratez Yoman, MA, adalah generasi yang mengeyam pendidikan yang diselenggarakan Indonesia dari Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Universitas Negeri, tapi saya tidak merasa orang Indonesia dan juga tidak pernah menjadi orang Indonesia. Karena saya belajar proses sejarah penggabungan atau pengintegrasian Papua ke dalam wilayah Indonesia dengan moncong senjata, penuh darah dan air mata, kebohongan dan kejahatan, ketidakadilan dan yang melampaui atau melanggar batas-batas kemanusiaan.
Jadi, SAYA TIDAK PERCAYA selamanya apa yang dikatakan penguasa Indonesia, karena saya MELIHAT, saya TAHU, saya MENDENGAR, saya MENGALAMI, saya MERASAKAN dan saya BELAJAR apa yang telah dilakukan dan sedang dilakukan oleh bangsa kolonial modern Indonesia terhadap rakyat dan bangsa saya di atas TANAH leluhur kami di TANAH Papua selama 61 tahun sejak 1 Desember 1961.
Baca juga: Laorensius Goo: Ada Kelompok Tertentu yang Berupaya Menjatuhkan Nama Baik Lembaga Legislatif Dogiyai
KEPADA Sahabat-Sahabat dan Saudara-Saudara di seluruh Indonesia. Selama ini, 61 tahun sejak 1961, Anda semua menilai kami Orang Asli Papua dengan kaca mata, cara pandang dan ideologi penguasa dan TNI-Polri. Anda tidak pernah melihat kami dari pandangan Allah dan martabat kemanusiaan. Karena itu, tulisan ini membantu Anda untuk menghormati martabat kemanusiaan kami Orang Asli Papua.
SAYA sadar, bahwa saya sudah SEKOLAH. Saya sudah mengerti. Saya sudah melihat atau menyaksikan . Saya sudah tahu dan sudah pelajari siapa itu sebenarnya bangsa kolonial firaun modern Indonesia. Karena itu, lebih baik saya dipanggil tukang melawan, pembangkang oleh penguasa bangsa penjajah daripada martabat kemanusiaan rakyat dan bangsa saya direndahkan dengan berbagai bentuk stigma, label dan mitos. Saya dan anak cucu tidak boleh dipanggil dan dicap sebagai manusia penjilat yang bermuka dua.
Baca juga: Bappeda Litbang Dogiyai Bakal Menggelar Penginputan Renja OPD Tahun 2023 ke SIPD
Karena itu, saya selalu berdiri kokoh dan mengatakan, saya bukan budak Indonesia. Saya bukan budak bangsa-bangsa lain. Saya bukan budak pikiran dan ideologi orang lain. Saya orang merdeka dan berdaulat sejak lahir. Dalam iman, saya sudah merdeka dan berdiri dalam kuasa Tuhan Yesus. Saya berdiri di atas ilmu saya dan saya berdiri di atas ideologi saya sebagai bangsa Melanesia.
Ingat, jangan kehilangan arah dan tujuan hidup. Karena orang yang merasa benar-benar sadar, merdeka dan berdaulat penuh atas keyakinannya sendiri ialah orang yang membebaskan diri dari rasa ketakutan, orang beriman, berpendidikan baik, mengenal jati dirinya sendiri dan menguasai sejarah penderitaan bangsanya serta tahu apa yang dilakukan bagi bangsanya.
Baca juga: Ketua BEM HMJ KPG Kecam Polres Nabire Atas Kekerasan Terhadap Massa Aksi
KARENA ITU, INGAT INI! JANGAN ABAIKAN, kamu orang-orang asli Papua (OAP), bahwa "Orang yang menaruh cita-cita dan harapan hidup masa depan kepada para penjajah dan kolonial Indonesia, itu sama dengan memelihara dan mendukung kecelakaan dan tragedi kemanusiaan. Karena kolonial tidak pernah memikirkan martabat dan masa depan bangsa yang diduduki dan dijajah. Sadarlah rakyat dan bangsa West Papua. Bodohlah bagi rakyat dan bangsa West Papua yang menaruh cita-cita dan harapan hidup masa depan kepada bangsa kolonial firaun modern Indonesia."
Jadi, memperjuangkan martabat (dignity) rakyat dan bangsa West Papua tidak dengan cara-cara mengemis dan tunduk-tunduk kepada penguasa kolonial moderen Indonesia, karena sejak dulu, kami bangsa yang berdaulat dan terhormat di atas tanah leluhur kami.
Baca juga: Massa Aksi PRP Tolak DOB dan Otsus Alami Kekerasan di Polres Nabire
Doa dan harapan saya, sebagian generasi muda Papua dan Indonesia sudah membaca buku-buku saya telah menyatakan ada kesadaran tentang kebenaran sejarah bangsa Papua. Ada salah satu contoh anak muda yang telah membaca buku saya yang berjudul:
"PINTU MENUJU PAPUA MERDEKA:PAPUA BARAT ALOM WONE-AKAR MASALAH PAPUA BARAT" (Yoman:2001) berkomentar sebagai berikut:
"Kakak Gembala, adik baca buku kakak yang berjudul: 'PAPUA BARAT ALOM WONE: Akar Masalah Papua Barat', itu saat adik libur di kampung halaman di kampung adik di Arus, di Maybrat, saat itu adik masih SMA. Waktu itu adik punya om kandung (mama punya adik) yang adalah seorang pelayan di Gereja Baptis di Maybrat yang simpan buku kakak itu. Buku kakak itu yang pertama kali bikin adik paham tentang sejarah kolonisasi di West Papua. Waa. " (JH, 22 Juli 2022).
Tonton juga: Video: Petisi Rakyat Papua di Wilayah Meepago Tolak DOB dan Otsus Jilid II
Saudara-saudara para pembaca artikel ini, umpamanya saja, saya menemukan hanya satu kebenaran dari pemerintah Indonesia dalam proses penggabungan West Papua ke dalam wilayah Indonesia melalui pelaksanaan Pepera 1969, maka saya akan mengatakan kepada rakyat Papua, mari kita hormati pemerintah Indonesia.
Tetapi, sayang, dalam dokumen laporan hasil Pepera 1969 Annex 1 dan Annex 2, saya tidak menemukan satu kebenaran pun dari di pihak Indonesia. Ditemukan dalam dokumen itu hanya penipuan, kekejaman, kejahatan, ketidakadilan, ketidakbenaran, kekejaman yang dilakukan ABRI (sekarang: TNI-Polri). Maka apapun alasannya, penguasa kolonial Indonesia tidak layak dihormati dalam konteks West Papua, karena Indonesia menduduki dan menjajah bangsa West Papua dengan illegal.
Saudara-saudara, jikalau Anda mau hidup aman dan tidak mau diganggu ketenangan dan kenyamanan Anda atau 'mau hidup dalam zona nyaman, Anda sebaiknya membisukan diri untuk tidak menyuarakan nilai kebenaran, keadilan, kedamaian, martabat manusia, kesamaan hak dan kemerdekaan rakyat yang tertindas dan terabaikan. Karena para penguasa sebagai penjajah menggunakan berbagai cara membuat hidup Anda tidak selalu nyaman dan kesadaran palsu dan hidup dalam zona nyaman palsu.
Baca juga: Ini Pernyataan Sikap Petisi Rakyat Papua di Wilayah Meepago West Papua
Ada juga perdedaan watak, walaupun keadaan yang menakutkan demikian, bagi mereka yang benar-benar ada kesadaran, merdeka dan bebas dari rasa ketakutan, mereka selalu hadir bagi orang-orang tertindas dan memberikan mereka lorong-lorong/ruang-ruang kehidupan yang memancarkan cahaya senyum kebebasan, keadilan dan kedamaian.
Kita perlu sadar dan mengerti, ada senjata yang paling ampuh biasanya digunakan bangsa kolonial, yaitu: kebodohan, ketidaktahuan, ketidaksadaran, dan dikotomi, adu-domba atau keterpecahan. Orang-orang bodoh atau tidak mempunyai pengetahuan luas dan tidak ada kesadaran biasanya digunakan atau dipakai oleh penguasa kolonial, mudah dibeli dengan uang untuk adu-domba atas bangsa yang diduduki dan dijajah. Penguasa kolonial modern Indonesia memakai dan menggunakan orang-orang bodoh untuk mengadu-domba rakyat dan bangsa Papua karena tidak mampu melihat agenda-agenda jahat para kolonial. Beberapa orang asli Papua tampil sebagai jurubicara bangsa kolonial modern Indonesia dengan kebodohan dan ketidaktahuan mereka. Contohnya: Dikotomi orang Papua gunung dan orang Papua pantai dikembangkan oleh orang-orang bodoh dan manusia berkepala satu tapi bermuka dua dan bercabang lidah.
Dengan kesadaran dan persatuan rakyat dan bangsa West Papua HARUS memenangkan pertandingan melawan RASISME, BERITA HOAX, PROVOKASI dan KETIDAKADILAN yang dilakukan pemerintah Indonesia dan aparat keamanan TNI-Polri di TANAH leluhur kami ini dengan jalan DAMAI, DAMAI, DAMAI, DAN DAMAI. Karena, dalam DAMAI adalah kekuatan, ada solidaritas, ada banyak kawan, ada banyak sahabat, ada banyak teman. Ada banyak simpati dan dukungan. Karena, semua orang mau hidup dengan DAMAI. Kalau Anda mau keluar sebagai pemenang singkirkan kekerasan dan ketidakadilan dan berjuanglah dengan jalan sederhana, yaitu Jalan kekuatan DAMAI. Pasti Kuasa TUHAN menyertai Anda yang mencintai KEDAMAIAN dan KEADILAN.
Baca juga: TPNPB Kodap XI Odiyai-Dogiyai Rayakan HUT Proklamasi ke-51 Tahun
Dengan kesadaran dan persatuan dalam memperkokoh solidaritas, langkah berharga ialah kita harus berteman dengan orang yang berkata benar dan jujur kepada Anda, dan hindarlah dari orang yang memuji Anda. Berbicaralah dari hati kepada setiap orang, karena pesan itu pasti ke hati. Perkataan dari hati itu bernyawa dan menghidupkan.
Demi persatuan dan solidaritas, INGAT BAIK-BAIK, rakyat dan bangsa Papua Barat jangan sibuk dengan mengurus atau mengganggu agama orang lain, itu sama saja kita bagian dari orang-orang yang menciptakan kekacauan dunia dan merusak SOLIDARITAS dan menjauhkan Sahabat. Sebaiknya, rakyat dan bangsa Papua Barat harus sibuk membangun iman kita masing-masing, supaya kita menjadi seperti lilin yang bercahaya untuk kedamaian dunia, kedamaian Indonesia dan ada kedamaian permanen di Papua.
Orang Asli Papua berkewajiban menjadi penjaga dan pelindung saudara-saudara Muslim, Hindu, Budha, Konghucu dan Atheis dan sebaliknya. Kita boleh berbeda dalam keyakinan iman dan pandangan ideologi, tapi kita tetap bersaudara dalam martabat kemanusiaan dan kesetaraan.
Karena kita berjuang bukan melawan agama, bukan melawan saudara-saudara pendatang, kita berjuang karena kami mempunyai hak politik untuk merdeka dan berdaulat di atas Tanah leluhur kami. Akhirnya, kami TAHU, siapa musuh atau lawan kami dan siapa kawan atau teman kami.
Kalau kita sudah tumbuhkan KESADARAN dan PERSATUAN dalam hidup kita, pada saatnya, saya yakin, apa yang saya katakan dalam buku ini terbukti ke depan. Dalam buku saya berjudul: West Papua: Persoalan Internasional (Yoman: 2011), saya abadikan Keyakinan Iman dan Pandangan Politik saya sebagai berikut:
Baca juga: Ini Kata Ketua DPRD Deiyai atas Penembakan Terhadap Masyarakat di Aula DPRD Deiyai Oleh OTK
"SAYA TAHU, saya mengerti, dan juga saya sadar apa yang saya baktikan ini.
Karena itu:
• Anda yakin atau tidak yakin,
• Anda percaya atau tidak percaya,
• Anda suka atau tidak suka,
• Anda senang atau tidak senang,
• Anda terima atau tidak terima,
*CEPAT atau LAMBAT, penduduk asli Papua Barat ini akan memperoleh kemerdekaan dan berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa dan negara berdaulat di atas TANAH LELUHUR mereka.
Dalam keyakinan dan spirit itu, apapun resikonya dan pendapat orang, saya dengan keyakinan yang kokoh dan keteguhan hati nurani, mengabdikan ilmu saya untuk menulis buku-buku sejarah peradaban dan setiap kejadian di atas TANAH ini, supaya anak-cucu dari bangsa ini, ke depan, akan belajar bahwa bangsa ini mempunyai pengalaman sejarah penjajahan dan penderitaan panjang yang pahit dan amat buruk, yang memilukan hati, yang dilakukan penguasa kolonial modern Indonesia.
Hanya orang gila dan tidak normal atau sakit jiwa yang masih percaya pada bangsa kolonial firaun modern Indonesia yang tukang tipu/pembohong, pencuri, perampok, pembunuh, dan anti kemanusiaan berwatak rasis, fasis dan berkultur militeristik.
Firman TUHAN ini untuk bangsa kolonial Indonesia. "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10).
Indonesia datang ke Tanah Papua ini sebagai pencuri, pembunuh, perampok dan pembinasa terhadap umat-Ku pemilik Tanah Papua ini.
Doa dan harapan kita semua, bahwa tulisan tegak lurus, tidak bengkok-bengkok yang menusuk hidung penguasa kolonial Indonesia ini membuka perspektif baru melihat kekerasan Negara dan tragedi kemanusiaan di Tanah Papua yang berjalan TELANJANG sudah berlansung selama 61 tahun sampai sekarang.
Selamat membaca. Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, 26 Juli 2022
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3 Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
NO HP/WA: 08124888458